Ribuan noda telah mengotori dunia pendidikan kita. Mulai dari yang ringan hingga yang berat, mulai tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Kian hari bukan semakin surut namun malah kian menjadi-jadi. Lalu haruskah pendidikan kita tetap seperti ini untuk selama-lamanya?
Tak berlebihan jika akhir-akhir ini kita prihatin dengan masalah pendidikan yang kian kompleks dan tajam. Bagaimana tidak, pendidikan merupakan suatu komponen yang amat penting bagi masa depan sebuah peradaban. Kualitas sebuah bangasa sebagian besar berada ditangan pendidikan. Lalu pendidikan kita seperti ini mau dibuat seperti apa bangsa kita. Tiap tahun kita selalu gonta-ganti kurikulum. Ada kurikulum '94, KBK, lalu muncul KTSP. Semua bertujuan baik untuk memajukan pendidikan. Tapi apa kenyataannya? kerap kali kita harus dipaksa untuk menyaksikan kebobrokan dunia pendidikan kita. Lalu kenapa hal ini harus terjadi padahal pemerintah tak henti-hentinya berusaha memeperbaiki sistem pendidikan kita.
Jika kita menguraikan noda-noda pendidikan kita di 10 tahun terakhir ini mungkin buku setebal novel laskar pelangi tidak cukup untuk menulisnya :D. Kita pernah dihebohkan dengan penganiayaan di STPDN, kemudian ada pula gank nero yang tak kalah mengejutkan. Belum lagi kasus-kasus lain seperti perkelahian, pelecehan seksual, pemerkosaan, pemalakan, perjudian, pencurian, narkotika dll yang dilakukan oleh siswa-siswa terpelajar di negara kita. Bahkan alam gaib yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan pendidikan mulai usil ikut-ikutan memperumit masalah didunia pendidikan. Hal itu ditandai dengan maraknya peristiwa kesurupan yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa sekolah, Gx ada hubunganya yach :D.
Apa yang menyebabkan dunia pendidikan kita bisa ricuh seperti ini. Jawabannya terletak pada diri kita masing-masing. Jika masing-masing dari kita mau berintropeksi maka masalah ini semakin mudah terpecahkan. Kalau kita mau melihat lebih jauh sebenarnya ada 3 faktor yang akan mempengaruhi perilaku seorang siswa. Yang pertama adalah orang tua dan keluarga. Ini lah faktor pertama yang akan membangun fondasi besar bagi kepribadian seorang anak. Kemudian yang kedua adalah teman. Setelah seorang sudah mulai bermasyarakat mereka akan mulai berteman. Dan itu adalah saat-saat yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Karena bagaimanapun baiknya pendidikan orang tua. Jika anak telah salah bergaul, maka sudah
dipastikan semua nasihat orang tua akan sia-sia. Yang ketiga adalah lingkungan. Ini adalah faktor yang tidak kalah pentingnya. Karena seorang anak yang hidup di lingkungan preman maka kemungkinan besar mereka juga akan berperilaku seperti preman, kalau mereka hidup di lingkungan santri maka kemungkinan besar mereka juga akan berperilaku seperti santri.
Kebanyakan Anak-anak dilarang bekelahi, mabuk, merokok, berbohong, nyontek dll. Namun kenyataanya larangan tsb bertentangan dengan apa yang mereka lihat. Banyak orang tua yang berkelahi, guru-guru yang merokok, orang-orang pintar yang pandai berbohong, dan para koruptor-koruptor yang berpenampilan bak pahlawan. Itulah fenomena yang tiap kali meracuni hati dan pikiran mereka, sehingga aturan dan larangan yang mengikuti mereka hanya sia-sia belaka. Kalau kita ingin mereka baik maka berikanlah contoh yang baik. Kalau ingin siswa tidak merokok jangan ada satu gurupun yang merokok. Itu adalah sebuah hukum alam yang tidak dapat dipungkiri lagi seperti kata pepatah murid kencing berdiri guru kencing berlari.
Semoga di tahun-tahun yang akan datang wajah pendidikan Indonesia dapat dirias kembali, yang nantinya akan dapat melahirkan kembali putra-putra terbaik bangsa seperti Ir. Soekarno, Bj Habibie, Yohanes Surya dll yang telah mampu membuka mata dunia untuk melihat Indonesia.
Borok Pendidikan Indonesia !!!
Label:
Opinion
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comment:
aku jadi teringat guru BP, wkt itu aku ketahuan merokok didalam kelas[SMA], aku dipanggil, disuruh ke ruang BP. Satu yang membuatku sangat yakin bahwa pendidikan tak selamanya harus formal adalah ketika dia membelikan aku rokok dan kita merokok bersama. Pak Guru BP merokok sampai terbatuk parah, parah sekali, sampe lidahnya terjulur. Aku suruh bapak itu berhenti, dia bilang "gak mau!" aku paksa. beliau tetap kekeh tidak mau. Lalu aku tanya, kenapa bapak nekat merokok sedangkan kondisi bapak seperti itu. Katanya:"sayang jika kamu harus mati gara2 barang ini..". Saat itu juga aku kapok ngerokok, maksudnya disekolah. gitu.
parah ya aku heheheheheheheh
tabiek
senoaji
Kalo aku liat... Saat ini GURU itu hanya sibuk ngajar.. dan ngejar nilai... kurang fokus pada MENDIDIK... Aku prihatin.. kalo dulu disiplin sangat ditanamkan pada siswa, dan spt nya sejalan dgn disiplin di rumah.. karena membangun "nilai sosial".. tapi skrg?? siswa telat pun guru diam tanpa memberikan sanksi (soalnya guru nya juga telat..hehe he)
-Senoaji
salut buat senoaji karena sudah berani ngerokok ama guru BP hehehheheh
-Best Diamond Jewelry
menurut pengalaman saya
"siswa telat pun guru diam tanpa memberikan sanksi (soalnya guru nya juga telat..hehe he)"
Guru sekarang lebih munafik mereka yang buat peraturan tapi mereka sendiri yang melanggar. Siswa yang terlambat dihukum sedangkan guru terlambat tidak ????? guru selalu mengkambing hitamkan muridnya ketika ketertiban di sekolahan mulai kendor??? seharusnya mereka sadar dong, jangan hanya terus-terusan menyalahkan muridnya. Saya melihat dgn mata kepala saya banyak guru yang telat bahkan kepala sekolah....
Post a Comment